Hyderabad, titik awal dan akhir jelajah negeri Bolywood

Salah satu negeri yang mengundang decak kagum maupun rasa takut buat beberapa orang. Yak India! Negeri Bolywood ini buatku sangatlah indah dengan penduduk, budaya dan juga agama yang beragam. Tentu aku merasa sangat bersyukur dapat kesempatan buat mengunjungi negeri ini selama 2 minggu. Waktu yang lama? Bagi orang Indonesia termasuk lama, tapi sebenarnya itu sangat cepat dan aku menyesal karena harusnya aku bisa lebih lama tinggal di negeri Tuan Takur ini. Yeay, pokoknya slogan “Incredible India” dari pemerintah mereka sendiri memang sesuai dengan kenyataan. Kalaupun ada hal yang buruk, cukup bilang All iz well all iz well!
Well, perjalanan menyusuri 5 kota di India dimulai dari Hyderabad – New Delhi – Agra- Jaipur – Mumbai – Hyderabad. Kenapa balik ke Hyderabad? Tentu gara-gara tiket promo yang aku dapat cuma PP Kuala Lumpur – Hyderabad. Keliatan ribet ya? Bahkan disana pun aku tidak ada peta ataupun plan pasti mau kemana. Itulah nikmatnya solo traveling. Bebas mau kemana aja tanpa batas dan kendala. Dari 5 kota pastinya ada yang paling berkesan. Dan tentu saja bukan Agra dengan Taj Mahalnya atau Mumbai dengan Bolywoodnya, tapi justru Jaipur. Someday I’d like to come back to Jaipur!!
Kalo kata temen India itu penuh kejutan. Dan percaya tidak percaya kejutan selalu datang bahkan dari pertama kali akan terbang dari Malaysia. Boarding room yang penuh dengan orang India (maaf gag perlu sebut warna kulit hehe) dimana cuma dan 1 orang warga Cina yang keliatan paling berbeda. Perjalanan menggunakan salah satu pesawat berbiaya rendah berjalan lancar hingga akhirnya berhasil mendarat di Hyderabad menjelang tengah malam. Tentunya setelah melewati Imigrasi aku lanjutkan langkah untuk mencari transportasi menuju Hotel yang sudah kupesan. Cuma ada taksi yang tersisa. Of course, aku harus siapkan banyak uang buat bayar taksi.
Kejutan kedua adalah hotelnya (sudah) tutup! Sepengalamanku (belum berpengalaman padahal) hotel biasanya buka 24 jam, tapi hotel ini tutup. Sampai akhirnya dengan bantuan supir taksi, aku berhasil mengetuk pintu dan bangunkan penjaga hotel. Well, kejutan yang menutup malam pertama di India. Seperti cerita yang terus bersambung, ternyata aku lupa untuk beli tiket kereta. Padahal disarankan buat beli tiket jauh hari via online untuk menghindari kursi yang sudah penuh. Sempat terpikir gagal pergi ke Delhi dan kota lainnya, tapi akhirnya aku putuskan untuk pergi ke stasiun pagi-pagi dan langsung beli tiket.
Antrean di depan tempat reservasi tiket
Nampally Station, Hyderabad

Dan benar saja stasiun sudah mulai ramai sekitar jam 7 padahal pintu baru buka jam 8 dan loket buka jam 10. Terdengar aneh tapi mau gag mau aku harus ikutin aturan main disini. Aku berharap dapat tiket kereta dengan harga mahasiswa (murah) menuju Delhi. Benar saja, begitu loket dibuka, aku harus rebutan dengan warga lokal untuk beli tiket dan selama lebih dari 1 jam aku gagal dapat tiket. Sempat merasa panik sampai akhirnya bertemu seorang turis dari Perancis yang saranin kalau aku cukup tunjukkan kopian paspor dan form tiket. “You just need to ask for tourist quote!”. Dan saran dari si Perancis memang manjur.
Tiket menuju Delhi sudah di tangan

Dengan ngomong bahasa inggris plus geleng-geleng, akhirnya petugas loket mengerti apa yang aku mau. ”I want to go to Delhi with Sleeper train on 10th January, any train available as long as it is sleeper train and for tourist quote!” Dan petugas pun cukup bilang “show me your passport and the form..” dan brapa menit kemudian.. “Here is your ticket!
Yeayy! Dan tiketpun ada di tangan menuju Delhi dengan harga sangat bersahabat 800 Rupees (1 rupee : Rp 200). Tapi jangan tanya bagiamana kondisinya dan lamanya. Perjalanan selama 28 jam dengan kereta murah udah menunggu. Jangan tanya juga kenapa ngotot minta sleeper train! (cari harga paling murah)
Selepas tiket dapat, aku pun bisa dengan tenang bersantai di kafe dan bertemu dengan warga lokal. Mulailah interaksi untuk ngobrol apapun. Slogan I’m not tourist because I’m traveler benar-benar aku junjung tinggi. Niatku bukan cuma ke objek wisata trus tidur di hotel, tapi lebih ke interaksi dengan warga lokal. Aku ga peduli kalo aku ga bisa bahasa Hindi dan beberapa dari mereka tidak bisa bahasa Inggris. Tapi 1 yang aku dapat, warga India tidak seburuk yang orang bayangkan. Mereka kelihatan galak dan nada bicaranya keras, tapi bukan berarti mereka jahat. Ingatlah pepatah yang mungkin baru aku buat dari nasehat teman, “Selalu ada hikmah dibalik kejutan”.
Hyderabad yang ternyata banyak dihuni oleh masyarakat Muslim terasa sangat familiar seperti Indonesia. Dan tentunya aku putuskan untuk kunjungi Char Minar dan Masjid Mecca yang terletak di perkampungan muslim. Hanya bermodalkan uang 50 rupees dengan naik Bajaj (Tuktuk), aku sampai juga disana.
Kawasan yang ramai dengan lalu lintas yang sangat berisik menghadirkan suasana yang benar-benar India banget. Satu hal unik saat di Masjid Mecca adalah semua pengunjung wajib menutup aurat/ celana panjang. Posisiku yang saat itu hanya pakai celana pendek membuatku dilarang masuk. Sayang sekali kalau aku gagal masuk karena Masjid yang dipakai untuk ibadah dan wisata itu sangat unik (baca masuknya gratis). Untungnya aku bawa sarung dan aku tunjukkan sarung yang sudah dipakai. Dan?? Diijinkan masuk. Hahaha kejutan lagi yang tak terduga karena pertama kali berwisata menggunakan sarung. Padahal sarung itu niatnya digunakan untuk salat, tapi malah jadi senjata ampuh buat masuk kesana.
Travel with sarong
Char Minar, Main icon of Hyderabad

Sepulang dari dua ikon wisata itu aku putuskan untuk mencari makan siang. Kabar baiknya buat para traveler muslim, semua makanan India itu aman dikonsumsi. Jadi kalau ga menemukan restoran muslim, cari saja restoran lain karena mereka (mayoritas beragama hindu) adalah vegetarian. Cuma memang harus siap dengan bau makanan yang penuh dengan kari, jinten, kapulaga yang buat sebagian orang Indonesia pasti sudah menyerah karena tidak kuat baunya.
Makanan yang aku suka adalah nasi Biryani. Yap itu yang pasti aku cari di Singapura atau Malaysia. Dan di India terutama Hyderabad, aku temukan nasi Biryani khas Hyderabad yang kata orang adalah the best one. Satu hal yang perlu diingat, sarapan di India hampir tidak mungkin dengan nasi. Orang Indonesia mungkin akan kaget karena terbiasa dengan nasi. Tapi apa boleh buat, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Aku pun terpaksa sarapan dengan berbagai macam roti yang sampai bosan liatnya. Mulai dari tandoori, chapatti, roti, puri, dosa, chanai dll. Tapi trust me, sarapan dengan roti tetap bisa kenyang dan harganya murah.
Sarapan pake Dosa (nama roti)

Yang paling berkesan di kota ini adalah bertemu teman couchsurfing (CS) yang sudah aku hubungi sebelumnya. Ternyata dia punya beberapa teman dari Indonesia, dan salah satunya aku kenal. Dunia terasa sempit seperti daun kelor! Dia juga mengajakku ke Buddha Statue yang juga jadi ikon Hyderabad dan traktir nasi biryani yang sangat special menurutku. Sayangnya aku habiskan waktu cuma semalam karena besoknya harus melanjutkan perjalanan dengan kereta ke Delhi. Merasa sangat bersyukur bertemu dengan orang lokal melalui media CS karena aku bisa bicara banyak tentang budaya, traveling bahkan rencana untuk saling mengunjungi lagi di kemudian hari.
Buddha Statue at Husain Sagar Lake

Hanya butuh 2 hari di Hyderabad dan harus melanjutkan perjalanan ke Delhi. Kejutan belum berakhir karena aku belum beli tiket kereta dari delhi menuju kota-kota lainnya. Cuma satu yang aku sudah beli, tiket pesawat Mumbai – Hyderabad yang justru itu ada tepat di hari terakhir di India. Sudahlah memang traveling akan terasa seru kalau tidak terpatok 100% sama itinerary. Aku hanya ingin menikmati perjalan bebas bahkan tanpa selembar peta ataupun nomor lokal karena hanya tergantung sama WiFi hotel(akhirnya aku harus beli nomor lokal di Delhi nantinya).
Dan aku pun mulai menikmati negeri ini dengan segala kejutan yang aku sambut dengan senyum dan rasa tenang karena penyesuaian diri bisa cepat dilakukan disini. Bahkan persiapan naik kereta lebih dari sehari semalam pun sudah menanti.
#solotraveling #backpacker #international #India #Hyderabad #locals #train

Comments

Popular posts from this blog

(Harusnya) Bayarlah upah sebelum kering keringatnya

Ijen-Baluran dalam sehari

Wisatawan China Perpanjang wisata di Bali akibat Wabah Virus Corona