Mudik dan Pemerataan Ekonomi

Mudik merupakan tradisi Indonesia yang berlangsung sejak lama. Tapi taukah dibalik mudik terdapat berbagai hal positif dan negatif?
Bertemu keluarga dan bisa bermaafan di hari raya menjadi hal yang menyenangkan dan membuat semua orang merasa puas karena bisa kembali menjalankan tradisi itu.
Tetapi hal negatifnya? Banyaknya kecelakaan yg bahkan hingga merenggut korban jiwa. Di hari raya malah banyak kecelakaan, merupakan suatu hal yg tidak diharapkan. Kemacetan yg terjadi dimana-mana. Kalau macet sudah pasti perjalanan terhambat. Bagaimana dengan ibadahnya? Puasa dan lainnya? Beberapa bahkan rela mengorbankan itu semua hanya untuk satu tujuan yaitu mudik.
Bukannya menyalahkan mudik atau apa, toh tradisi itu sudah berlangsung sejak lama. Tetapi dengan banyaknya hal yg negatif seperti disebutkan diatas tentunya membuat orang merasa tidak nyaman saat melakukan mudik.
Apakah mudik ada hubungannya denngan pemerataan ekonomi? Jelas ada. Pemerataan di Indonesia belum berjalan dengan  baik. Fasilitas di kota besar dan desa sangat jauh berbeda. Mulai dari kesehatan, rekreasi, akomodasi dan lain-lain. Hal ini yg mendorong warga merantau ke kota besar dan akhirnya pulang bersama-sama saat lebaran. Sekali lagi ini tidak salah. 
Coba lihat amerika. Sebagai negara maju, disana tidak ada tradisi mudik di hari raya natal, lebaran atau apalah. Warga bisa mudik kapanpun mereka mau. Sehingga kemacetan bisa dihindari karena kondisi jalan akan sama setiap tahunnya. Bandingkan dengan Indonesia. Di hari biasa kemacetan terjadi di kota besar. Di hari raya kemacetan melebar hingga ke beberapa jalur. Miiris juga melihat hal ini selalu terulang setiap tahunnya. 
Perbaikan jalan dilakukan tapi tetap tidak mampu menandingi lonjakan kendaraan yang meningkat pesat setiap tahunnya. Mungkin tradisi mudik tetap akan berjalan saat hari raya dan ini tidak mungkin dihapuskan. Cara terbaik adalah melakukan pemerataan ekonomi dan perbaikan transportasi umum. Ekonomi yang merata akan membuat warga tidak perlu merantau ke kota besar terutama Jakarta yg sudah terlalu padat menampung ledakan jumlah penduduk. Sedangkan transportasi umum juga akan mengurangi jumlah kendaraan pribadi sehingga kemacetan bisa teratasi.
Sekarang belum bisa terlaksanan, Tapi apakah nanti mungkin? Kita lihat saja. Semoga..

Comments

Popular posts from this blog

(Harusnya) Bayarlah upah sebelum kering keringatnya

Ijen-Baluran dalam sehari

Wisatawan China Perpanjang wisata di Bali akibat Wabah Virus Corona