Ayyutthya, Asiatique dan Chatucak

Thailand memang tidak bisa dilepaskan dari dua hal yaitu sejarah masa lalu yang menarik untuk diketahui dan juga modernitas masa kini yang membuat negeri ini semakin gemerlap.
Sawadee khaap..
Sawadee khaap
Ungkapan yang selalu didengar begitu kita mendarat di negeri gajah putih. Bangkok memang nagih untuk dikunjungi karena banyaknya tempat wisata dan juga makanan yang serba murah. Walaupun tentu tidak semaju Singapura atau Kuala Lumpur tentunya. Perjalanan kali ini kami berniat mengunjungi kota tua Ayyutthya yang berlokasi sekitar 80 km sebelah utara Bangkok. Selanjutnya adalah berburu oleh-oleh di pasar akhir pekan Chatucak.

Petualangan dimulai dengan menuju Ayyuthya. Banyak opsi menuju kesana diantaranya menggunakan taksi, bus maupun kereta api. Setelah kami pertimbangkan, akhirnya kami pilih taksi mengingat rombongan kami ada 9 orang. Kami mencoba beberapa kali menawar taksi yang berhenti di sekitar Khaosan. Dan akhirnya kami dapatkan harga 220 Baht per orang selama sekitar 10 jam. 

Perjalanan menuju ke Ayyutthya berlangsung lancar selama hampir 2 jam. Sesampainya disana kami putuskan untuk mengunjungi berbagai candi atau dalam bahasa thai disebut “Wat”. Wat Chaiwatthanaram dan Wat Mahathat menjadi objek tujuan kami. Keterbatasan waktu menjadikan kami tidak bisa mengunjungi puluhan objek wisata yang ada di Ayyutthya ini.
Wat Chaiwatthanaram ternyata merupakan kuil yang masih digunakan hingga sekarang karena masih adanya umat Buddha yang melakukan sembahyang di dalamnya. Tiket masuk seharga 20 Baht terasa sangat murah mengingat kita bisa mengeksplor cukup lama disini.
Warga setempat sedang menempelkan kertas permohonan
Wat Chaiwatthanaram
 Di dalam salah satu bangunan, terdapat patung Buddha yang penuh dengan tempelan kertas permohonan. Warga setempat percaya kalau permintaan mereka dapat dikabulkan dengan menempelkan kertas yang dijual seharga 20 Baht.


patung Buddha berbalut kain warna kuning
Disisi lainnya terdapat patung Buddha yang tersebar dengan menggunakan kain kuning yang cukup menarik sehingga tampak seperti biksu yang sedang bertapa.

Destinasi selanjutnya adalah Wat Mahathat yang merupakan lokasi ikon dari Ayyutthya yaitu Buddha head in tree root atau kepala Buddha yang tertanam di akar pohon. Tiket masuk seharga 50 Baht dan memang disini sangat terkenal karena banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung. 
Tiket masuk hanya seharga 50 Baht

Sekilas pemandangan Wat Mahathat

Setelah hampir seharian menghabiskan waktu di Ayyutthya, kami putuskan untuk kembali ke Bangkok dan menikmati wisata malam di Asiatique, salah satu pusat perbelanjaan dan kuliner di malam hari yang cukup terkenal di Bangkok. Untuk menuju kesana kami menggunakan boat yang kami naiki dari stasiun penyeberangan di seberang Wat Arun menuju Stasiun Boat Asiatique dengan hanya membayar sebesar 40 Baht. Ada juga transportasi menggunakan Bus, tapi kami abaikan karena kami ingin menikmati indahnya sungai Chao Praya yang membelah Bangkok di Malam Hari.
Menikmati indahnya malam di sungai Chao Praya
Tentu saja kami menyempatkan diri ke Wat Arun dengan menaiki boat seharga 3 Baht. Sayangnya kondisi wat Arun yang direnovasi membuat kami merasa cukup berfoto di kuil sebelahnya.
Kuil di sebelah Wat Arun 
Sesampai di Asiatique kami sempatkan juga untuk mengisi perut karena merasa sangat lapar. Perlu diingat, untuk mencari makanan Halal disini tidak terlalu susah karena sudah banyak restoran ataupun warung makan muslim dengan harga terjangkau. Tentu saja kami menikmati pula malam yang cukup gemerlap disini.
Sejenak bersantai di Asiatique
Berburu halal food di seberang Asiatique bersama Mr. Tofa Khaap
Sepulang dari Asiatique, bukannya pulang ke Hotel, justru kami sempatkan untuk mengunjungi Sanam Luang atau alun-alun yang terletak di sebelah Grand Palace untuk kemudian berjalan kaki kembali ke hotel. Disinilah keindahan Grand Palace akan terlihat dengan lampu yang keluar dari bangunan kuil di dalamnya.
Grand Palace di malam hari
Hari berikutnya yang juga merupakan hari terakhir, kami pastikan untuk mengunjungi Pasar Chatucak yang hanya buka di akhir pekan. Kebetulan itu adalah hari Minggu sehingga kami bisa puaskan diri untuk membeli apapun disana. Sebelum Chatucak, kami putuskan untuk mengunjungi dulu Istana Raja Bhumibol yang sarat dengan arsitektur ala barat dalam struktur bangunannya.

Lokasi pasar Chatucak yang searah dengan bandara Don Mueang membuat kamu untuk segera check out dari hotel untuk sekaligus membawa barang-barang kami.
Pasar akhir pekan Chatucak
Disini banyak penjual pakaian, souvenir, makanan maupun bahan makanan. Bahkan sangat mungkin untuk menawar seperti yang biasanya dilakukan di Indonesia selama kita membeli dalam jumlah besar.  Salah satu penjual souvenir tempat kami berbelanja ternyata cukup lancar berbahasa Indonesia karena banyaknya orang Indonesia yang berkunjung (walaupun mata uang rupiah tidak diterima seperti di pasar sebelah Wat Arun hehehe).


Bahkan handuk dingin pun dijual disini
Disini banyak kuliner untuk mengisi perut dengan harga yang terjangkau. Tentu saja kami sangat menghindari makanan yang mengandung babi karena kami dilarang memakannya.
Fried Chicken and Sticky Rice seharga 40 Baht

Coconut Ice Cream seharga 40 Baht
Memang Bangkok tidak ada matinya karena selain banyaknya wisata murah, tentu saja dapat memuaskan perut dengan makanan yang serba terjangkau meskipun harus waspada karena banyak makanan yang mengandung Babi (bagi kami yang dilarang memakannya). Salah satu tips penting adalah banyak-banyaklah konsumsi buah karena harganya murah sekitar 30 Baht dan rasanya cukup segar, bahkan disbanding buah di Indonesia. 
Cukup 2 hari untuk melihat masa lalu di Ayyutthya, masa kini Asiatique dan belanja di pasar Chatucak.
Memang benar kalau Bangkok itu nagih.. 
Khop Khun khaaap Bangkok….
#travelling #internasional #Thailand #Bangkok #BackpackerDunia


Comments

Popular posts from this blog

(Harusnya) Bayarlah upah sebelum kering keringatnya

Ijen-Baluran dalam sehari

Wisatawan China Perpanjang wisata di Bali akibat Wabah Virus Corona