Nasionalisme dan Jalan-jalan dalam Selembar Foto

Jalan-jalan atau travelling selalu identik dengan hal yang menyenangkan. Wajar saja kalau hampir semua orang sangat senang begitu mereka mendapatkan waktu luang dan segera berjalan-jalan. Banyak alasan yang mendasarai itu semua diantaranya adalah untuk membuang kepenatan setelah bekerja keras, memenuhi hobi untuk menjelajah tempat baru hingga mengenal tempat baru serta mengenalkan tempat asal di tempat baru. Hal ini yang membuat semangat orang kembali selepas dari perjalanan bahkan bertambah besar dengan adanya informasi baru yg didapat maupun hobi yang tersalurkan.
Mengenal dan mengenalkan atau sering disebut dengan berbagi informasi adalah hal yang sangat penting dilakukan dalam setiap perjalanan. Setiap informasi baru yang didapat mengenai  tempat tujuan sangatlah berharga, demikian juga dengan informasi yang diberikan. Kita akan merasa bangga dengan semakin dikenalnya daerah asal kita oleh orang lain dengan cara sekedar menyampaikan hal menarik yang ada. Hal ini dapat dilakukan saat melakukan perjalanan di dalam maupun luar negeri. 
Perjalanan favorit yang dapat dilakukan adalah mendaki gunung. Perjalanan yang tentunya banyak menghadapi tantangan akan tetapi akan diakhiri dengan rasa syukur karena keindahan yang akan disaksikan. Memandang keindahan kota  dan pemandangan alam lainnya dari puncak gunung merupakan hal sederhana yang membuat rasa syukur meningkat. Disamping itu tentunya rasa nasionalisme semakin berkobar karena merasa sangat beruntung terlahir di tempat yang dikaruniai alam yang indah.
Salah satu gunung yang kami daki adalah gunung Andong yang terletak di Magelang Jawa Tengah. Dengan tinggi tidak mencapai 2000 meter, gunung itu terlihat cukup kecil dibandingkan dengan gunung lainnya seperti Merapi, Merbabu, Sumbing dan Sindoro yang terletak di sekelilingnya. Perjalanan mendaki gunung biasanya dilakukan dengan melihat kondisi musim dimana musim kemarau seperti bulan Juni-Agustus adalah musim favorit para pendaki. 
Kali ini kami tidak memilih itu dan bulan Januari kami pilih sebagai waktu yang pas. Pendakian di awal tahun kami rasa cukup menarik karena kami membuka tahun lagi-lagi dengan kegiatan jalan-jalan yang menyenangkan. Kami berharap tidak akan menemui hujan saat naik maupun turun. Dari informasi yang diterima, pendakian akan berlangsung dalam waktu sekitar satu hingga dua jam sehingga kami pikir pendakian tidak akan terlalu melelahkan seperti gunung lainnya. Kami berangkat dari Yogyakarta yang berjarak juga hanya 2 jam perjalanan.
Sesampainya di basecamp pendakian, kami melakukan lapor diri dahulu kepada petugas setempat untuk kemudian mulai melakukan perjalanan. Disana kami bertemu dengan pendaki dari daerah lain dan akhirnya kami bisa berbincang akrab sepanjang pendakian. Mendaki di waktu malam memang lebih enak dibandingkan siang hari karena suhu yang cukup dingin. Namun pemandangan yang tidak terlihat sepanjang pendakian membuat kami harus bersabar untuk menunggu tiba di puncak. Kami sengaja pilih mendaki di dini hari supaya lebih cepat sampai di puncak dan segera beristirahat. 
Sesampai di puncak kami segera mendirikan tenda dan tertidur pulas. Suasana yang cukup berangin membuat tidur terasa nikmat walaupun kami hanya tidur untuk beberapa jam sebelum bangun untuk melihat sunrise . Pagi telah menjelang akan tetapi sang surya tidak terlihat karena kabut masih menutupi area puncak gunung, sehingga harapan kami untuk melihat matahari terbit pupus sudah. Kami mengawali pagi dengan kondisi dingin dan penuh dengan kabut. Akhirnya kami putuskan untuk menunggu.
Kami terpaksa menunggu beberapa jam hingga kabut turun dan kami melihat pemandangan sekitar puncak gunung. Begitu jam tangan menunjukkan angka 8 barulah kabut perlahan turun dan kami mulai terpaku melihat keindahan alam yang tersaji di depan mata. Lokasi gunung yang berada di antara gunung-gunung di Jawa Tengah membuatnya semakin strategis. Walaupun tidak terlalu tinggi namun benar-benar terasa mengagumkan.
Kami merasa sangat bersyukur berada disana dengan menikmati pemandangan yang sangat indah. Ciptaan Tuhan yang sangat besar dengan ukiran dan penempatan gunung yang sangatlah tertata rapi. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk segera mengabadikannya ke dalam layar kamera. Tak lupa pula kami keluarkan bendera merah-putih yang telah disiapkan. Kami ingin mengabadikan foto bersama bendera ini untuk menunjukkan bahwa memang benar inilah salah satu keindahan yang diturunkan di alam Indonesia. Rasa nasionalisme yang ditunjukkan meskipun hanya melalui sebuah foto, akan tetapi ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. 

Sepulang dari mendaki kami pun merasa sadar dengan semakin seringnya melakukan perjalanan baik itu ke pantai, gunung atau manapun, maka akan meningkat pula rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap negara ini. Terutama dengan berjalan-jalan di Indonesia mengingat Indonesia yang sangat luas membentang dari Sabang hingga ujung timur di Merauke.
Rasa nasionalisme menjadi berkobar ketika melihat keindahan alam yang ada. Umumnya, rasa nasionalisme akan terbentuk dengan semakin seringnya melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Bagaimana kita merasa sungguh bersyukur dengan adanya ciptaan Tuhan yang maha indah. Merasakan hal ataupun tempat yang tidak ditemukan di tempat lain adalah hal yang patut disyukuri. 
Pada akhirnya pada setiap kesempatan jalan-jalan akan selalu terselip hal baru maupun kebanggaan baru. Yaitu hal baru karena kita mengenal sesuatu asing mengenai tempat itu dan juga kebanggaan baru karena kita mengenalkan keindahan daerah asal kita baik kepada sesama turis lokal maupun mancanegara.  
Sehingga ungkapan yang mengatakan kalau “jalan-jalan akan menambah wawasan dan rasa nasionalisme” itu memang benar adanya.  Bagaimanapun caranya, kebanggaan dan rasa nasionalisme terasa sangat berharga walaupun melalui sebuah foto.
(Tulisan ini disertakan dalam lomba "jalan-jalan nasionalisme" yang diadakan oleh Travel On Wego Indonesia)

Comments

Popular posts from this blog

(Harusnya) Bayarlah upah sebelum kering keringatnya

Ijen-Baluran dalam sehari

Wisatawan China Perpanjang wisata di Bali akibat Wabah Virus Corona