Ijen-Baluran dalam sehari

Inilah maskot utama dari Banyuwangi. Ijen dan Baluran. yapp! 
Api biru. Ya itulah yang menjadi alasan kami untuk mengunjungi Banyuwangi. Kami ingin melihat api biru dengan mata kepala sendiri. Demi mendapatkan ini kami harus siap resikonya. Yaitu berangkat tengah malam untuk mulai naik ke kawah sekitar jam 1 dini hari. Aroma dingin bahkan membeku sudah terasa sekali jauh sebelumnya karena kami harus berangkat dengan motor menuju Paltuding, atau pos pendakian kawah Ijen (lebih disarankan untuk sewa mobil atau share cost)

Kami berangkat jam 12 malam dan sampai di Paltuding jam 1.30. Udara yang sangat dingin seolah tidak perlu lagi dihiraukan. Untungnya jalanan menuju Paltuding sangat mulus sehingga kendaraan bisa melaju dengan kecepatan yang diinginkan. Sesampainya disana, kami langsung membeli tiket masuk dan mulai pendakian. Perlu diingat bahwa pendakian berlangsung sekitar 2,5-3 jam akan tetapi banyak pendaki yang naik, terutama para bule yang penasaran dengan api biru. 

Blue Fire dari atas
Sesampai di tepian kawah, akhirnya kami dapat melihat api biru dari atas karena kami memang tidak turun ke kawah dengan alasan keamanan. Sebenarnya bisa saja turun tetapi karena kami hanya menggunakan masker biasa jadi lebih baik kami tidak turun. Api biru bisa dilihat mulai jam 3 sampai menjelang subuh. Kami sempat beristirahat meskipun merasa kedinginan terutama saat fajar menyingsing. Saat itulah adalah saat terdingin di kawah Ijen. Setelah itu api biru perlahan menghilang sejalan dengan meningkatnya asap belerang yang menutupi kawah dan kami pun melanjutkan perjalanan turun.
 
Asap belerang memenuhi kawah selepas fajar
Hal unik yang mungkin hanya ada disini adalah adanya penambang belerang tanpa perlengkapan keamanan yang memadai. Bahkan stamina mereka sangat kuat karena sekali bisa membawa puluhan kilogram belerang sekali angkat. Super!

Satu muatan bisa lebih dari 60 kg
Sesampai di bawah kami sempatkan sarapan di warung lalu melanjutkan perjalanan menuju taman nasional Baluran yang sebenarnya terletak di area Situbondo, meskipun orang banyak menyebutnya berada di area Banyuwangi karena lokasinya memang tidak jauh dari perbatasan. Karena merasa lelah dan mengantuk, kami istirahat dahulu di rest area selama 1 jam lalu melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan yang dilakukan melintasi tepi pantai bahkan bisa disebut sebagai jalan raya paling timur di pulau jawa. Kami sempatkan berfoto di watu dodol yang terletak tepat di tepi laut.
Watu Dodol
Bahkan kami juga sempatkan untuk singgah ke stasiun Banyuwangi Baru, alias stasiun terakhir di Pulau Jawa karena letaknya di ujung timur, tepat di depan pelabuhan penyeberangan Ketapang.
Stasiun terakhir di Pulau Jawa
Tiket masuk sebesar Rp 15.000 per orang mengantarkan kami untuk segera masuk menyusuri jalan yang berbatu seperti halnya perjalanan menuju pantai Teluk Ijo. Kami harus melewati jalan selama 13 km sebelum mencapai padang rumput atau sering dikenal dengan nama savana Bekol. Savana Bekol ini terlihat sangat luas bahkan sangat mirip dengan savanna yang ada di Afrika mengingat pepohonan yang tumbuh di sekitarnya dengan latar belakang gunung Baluran.


Jalanan Baluran yang terjal tapi datar

Ikon Baluran
Sunset di Savana Bekol

Perjalanan kami lanjutkan menuju pantai Bama yang merupakan ujung dari Baluran ini. Akhirnya kami temukan pantai yang tenang dengan beberapa penginapan yang tersedia. Disamping itu terdapat pula hutan bakau di pinggir pantai yang membuat suasana pantai terasa sangat nyaman dan menyenangkan sebagai tempat bersantai. Ditambah dengan ombak yang tenang membuat suasana sore itu terasa sangat hening. Menjelang malam kami putuskan untuk segera kembali ke Banyuwangi untuk beristirahat dan bersiap untuk pulang keesokan harinya.
Ujung perjalanan di Pantai Bama
Akhirnya perjalanan kami berakhir disini setelah selama dua hari kami menjelajah pantai, gunung dan hutan maupun taman nasional. Merahnya pulau, hijaunya teluk dan birunya api berakhir dengan sensasi ala Afrika yang disuguhkan taman nasional Baluran. Cukuplah dalam sehari di hari kedua ke Ijen dan Baluran.
Malam sebelum pulang pun kami sempatkan berkunjung dan singgah di rumah singgah backpacker Banyuwangi yang ada di depan stasiun Karangasem (jalan kaki hanya 1 menit). Disini kami bertemu kawan sesama backpacker untuk saling berbagi cerita tentang perjalanan masing-masing, bahkan kami saling memberikan tips-tips khusus terkait travelling. Dan esok harinya kami melanjutkan perjalanan 14 jam dengan kereta Sritanjung ke Jogja.
Rumah Singgah Backpacker Banyuwangi
Perjalanan jelajah Banyuwangi dalam dua hari memberikan kami rasa syukur karena negeri ini masih memilki alam luas nan indah. Semoga masih akan terjaga sehingga generasi berikutnya bisa menikmati apa yang telah kami nikmati sekarang ini.

#travelling #local #Banyuwangi #Ijen #Baluran #Backpacker

Comments

Popular posts from this blog

Wisatawan China Perpanjang wisata di Bali akibat Wabah Virus Corona

(Harusnya) Bayarlah upah sebelum kering keringatnya