Skripsi, sabar, mental dan keberuntungan

Skripsi. Semua mahasiswa pasti akan mengalami satu tahap terakhir dan paling menentukan sepanjang kuliah. Saat selesai sudah mengambil mata kuliah yang tersedia, selesai kerja praktek dan selesai KKN, saat itulah skripsi datang menguji kita terakhir kalinya.
Skripsi memang wajib dijalani kalau kita ingin lulus terlebih melanjutkan karir ke depan. Mau bekerja atau sekolah lagi. Adanya sosok dosen pembimbing atau sering disebut DPS memang membantu. Seharusnya. Kehadiran mereka untuk membantu menyelsaikan setiap tahap yang tentunya sangat melelahkan dan bahkan hingga menguras air mata. Tahap inilah yang membuat seorang mahasiswa menjadi galau dan bahkan tidak tau harus berbuat apa lagi.
Mulai dari penolakan judul, penolakan tempat penelitian, sulitnya mencari bimbingan hingga sulitnya penelitian yang dikerjakan. Bahkan hal yang tidak terlupakan adalah sulitnya mengumpulkan mood untuk mengerjakan.
Emang inilah tantangannya. Mahasiswa harus selalu maju pantang mundur. Tantangan yang hadir selalu saja tidak terbayangkan. Bahkan hingga melunturkan idealisme awal. 
“Aku harus lulus bulan ini dengan tema ini!” . “Gapapa mundur 2 bulan”. Dan akhirnya bakal bilang ’Yang penting lulus !’ hehehe. 
Sebenarnya ada 2 faktor utama yang menghambat yaitu niat dari mahasiswa dan juga waktu dari dosen. Yang pertama itu wajar dari jaman dulu orang taunya juga mahasiswa harus niat kalau mau selesaiin skripsi. Faktor kedua ini sebenarnya cukup krusial. Waktu yang tidak cocok untuk mengadakan bimbingan membuat skripsi tertunda untuk waktu yang tidak tau kapan. Yang rugi ? mahasiswa kena ruginya. Lulus jadi tertunda. Niat yang berkobar bisa jadi mulai meredup, mau tidak mau harus mengobarkan lagi dari awal.
Kadang mempertemukan niat mahasiswa dengan waktu yang tepat dengan dosen cukup sulit. Perlukah dewi fortuna untuk membantu? Percaya tak percaya memang 
keberuntungan cukup berpengaruh dalam kelulusan mahasiswa. Mulai dari dosen yang membimbing sangat enak, hingga diusahakan lulus tepat waktu. Beruntungnya mereka dan kita tentu dengan senang hati melihat mereka mendapat keberuntungan itu. Dan sedikit berharap kalau keberuntungan akan menghampiri kita. Hahaha sering terjadi ngarep keberuntungan saat semangat mulai menurun karena  berbagai faktor.
Terlepas dari beruntung atau tidak, sebenarnya kita bisa ciptakan keberuntungan sendiri. Tantangan yang datang berulang kali harus dihadapi dengan semangat membara yang berulang kali pula. Apa kata dunia kalau menyerah di saat skripsi? Satu yang jadi pengingat. Hidup bakal jauh lebih berat daripada skripsi. Jadi memang perlu mental dan kesabaran berlipat dalam menghadapi. Orang yang telah berpengalaman akan berkomentar, “Nak, hidup jauh lebih kejam daripada skripsi“. Ya oke dan sangat setuju walaupun belum mengalami, tapi setidaknya belajar dari pengallaman orang lain.
Logikanya, kalau mereka bisa kita juga bisa. Mereka bisa selesai tepat waktu, sesuai keinginan mereka, kita juga bisa selesai. Walaupun tidak tepat waktu, walaupun tidak 100% sesuai keinginan tapi minimal kita bisa selesai dan ada sedikit kebanggan karena bisa menjaga semangat tetap membara.
Mungkinkah? Mungkin. Mungkin banget. Percaya aja dibalik hujan ada pelangi. Semakin kuat menjaga semangat , semakin mungkin keberuntungan akan kelulusan bakal kita ciptakan. 
Karena inti skripsi bukanlah gampang-susah atau lama-cepat, tetapi ada pada semangat membara pantang menyerah...
seperti kata pepatah, sukses itu bukan tujuan tapi sukses itu adalah perjalanan..

Comments

Popular posts from this blog

(Harusnya) Bayarlah upah sebelum kering keringatnya

Ijen-Baluran dalam sehari

Wisatawan China Perpanjang wisata di Bali akibat Wabah Virus Corona